Landung Simatupang di Antara Penyair Bulaksumur Muda

Budaya, Home2493 Dilihat

Budaya,JN – Kalau membaca puisi selalu memukau. biasanya ia ditampilkan pada bagian akhir. Pada Sastra Bulan Purnama ke-76, dengan tajuk ‘Kampus Biru Di Bulan Purnama’ Jumat 5 Januari 2018 di Pendapa Tembi Rumah Budaya, dialah Landung Simatupang, tampil membacakan satu puisi lama karyanya berjudul Cemara Bulevar.

Seakan tak pernah berhenti, hingga kini Landung tampil di antara penyair Bulaksumur yang semuanya masih muda, di bawah usia Landung. Landung lahir dari alumni jurusan Sastra Inggris Faukultas Ilmu Budaya UGM, dan akfif di Teater Gadjah Mada dan sering disingkat sebagai TGM. Para penyair Bulaksumur, usianya rata-rata di atas 50, atau ada yang kurang dari usia itu. Sementara Landung usianya sudah 66 tahun.

Landung tampil menjelang akhir pertunjukan, setelah 15 penyair Bulaksumur membaca puisi secara bergantian. Tanpa banyak bicara memberi pengantar, atau memberikan tanggapan menyangkut pertemuan penyair Bulaksumur, seperti semua penyair yang tampil selalu mengawali dengan pengantar sebelum membacakan puisinya, Landung mengambil jalan lain, langsung membacakan satu puisi karyanya, yang merupakan puisi lama, ditulis tahun 1985. Berikut puisi berjudul Cemara Bulevar yang dibacanya:

CEMARA BULEVAR

Senja rebah ditebang angin
Di bulevar cemara
terdengar desing

Si Linglung terhenti, ngungun
Apa yang bikin ia merasa pernah benar hidup
dalam serentet gambar, fragmen-fragmen kartun

Sepi menyelundup
menggagap, menggerayang ruang dan waktu
Tangan dingin yang menyusup ke saku
Penasaran, membenam makin dalam
tidak nemu apa-apa

Senja direbahkan angin
Cemara bulevar menggelepar
Kehampaan yang mendesing

Ini senja yang biasa saja
— si Linglung mendengar suara —

Seseorang setiap kali
harus melahirkan dirinya kembali
Setiap kali mencekiknya mati
di ujung jari, di ujung hari
1985

Entah sudah berapa kali Landung tampil di Sastra Bulan Purnama. Penampilannya kali ini adalah untuk yang kesekian kali. Dalam tampil membaca puisi, dia tidak selalu membacakan puisi karyanya, bisa membacakan puisi karya penyair lain. Yang mengagumkan, setiap kali tampil membaca puisi, Landung selalu memukau, tak pernah dia tampil asal baca, selalu menghayati dan menghadirkan gambar dalam imajinasi pendengarnya.

Landung, seorang pembaca puisi yang memesona, juga puisi karyanya.(*)

Sumber: Tembinews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *