TOP dan TPK se-Jabar dilaksanakan di Balai Diklat Garut

Home, Jabar582 Dilihat

GARUT, JN – Syafariel (New): Refreshing Training of Facilitator (TOF) Tim Pendamping Keluarga (TPK) Tingkat Provinsi Jawa Barat dilaksanakan di balai Diklat Garut pada hari Rabu (8/2/2023).

Acara dihadiri oleh Bupati Garut H.Rudy Gunawan, S.H, M.H, M.P, kepala BKKBN Dr.(H.C). Hasto Wardoyo, Sp.OG(K), Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat Drs.Wahidin, M.Kes, Kepala DP2KBPK3A Kab. Garut Drs.Yayan Waryana, M.Si, beserta para jajarannya, dan peserta dari tim pendamping keluarga dari berbagai daerah dari seluruh Provinsi Jawa Barat dan seluruh Balai Diklat BKKBN di Indonesia yang melalui aplikasi zoom.

Kegiatan ini bertujuan untuk menyegarkan dan menambah pengetahuan dari para fasilitator TPK yang berada di lapangan. TPK adalah tim yang melaksanakan kegiatan meliputi penyuluhan fasilitasi pelayanan rujukan dan fasilitasi pemberian bantuan sosial yang bertujuan untuk meningkatkan akses informasi dan pelayanan kepada keluarga dan atau keluarga beresiko stanting,seperti ibu hamil, ibu pasca persalinan, anak usia 0 – 59 bulan.

Serta semua calon pengantin/calon pasangan usia subur melalui pendampingan 3 bulan pranikah sebagai bagian dari pelayanan nikah untuk deteksi dini faktor risiko stunting dan melakukan upaya meminimalisir atau pencegahan pengaruh dari faktor risiko stunting.

“Adanya pemahaman terhadap keluarga diberikan training yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan, kerja BKKBN ini adalah merupakan kerja kemanusiaan, terima kasih BKKBN telah melakukan pelatihan pendampingan keluarga, bahwa keluarga merupakan hal yang sangat penting” jelas Rudy.

“Seperti yang telah disampaikan Bupati bahwa BKKBN merupakan kerja kemanusiaan, sangat tersentuh hati saya, saya mengucapkan selamat kepada bapak Bupati yang telah memberikan bukti konkret.

Bupati lakukan yang telah menurunkan angka stunting dari 35,2% menjadi 23,6% ini sungguh sangat luar biasa bisa menurunkan 11,6%, dengan kompleksitas Garut yang tinggi di mana penduduknya besar, wilayahnya luas, medannya tidak mudah, semoga bapak bisa menularkan strategi yang dilakukan dalam penurunan stunting kepada daerah dan provinsi lain, dengan Garut yang bisa menurunkan angka stunting 11,6%, harusnya kabupaten lain yang tingkat kesulitannya lebih rendah jauh lebih bisa menurunkan angka stunting”. Ujar Hasto.

Di Garut terdapat 5.973 tim pendamping keluarga yang itu harus dilatih tentang persiapan Pra Nikah dan optimalisasi 1000 Hari Pertama Kehidupan agar dapat mendampingi di lapangan dengan baik sehingga ibu hamil tidak melahirkan anak yang stunting dan kematian bayi menurun. Dengan begitu saya yakin dan optimis Pak Bupati ketika program nanti dilanjutkan kemudian 5.973 ini dilatih dan mendampingi keluarga dengan 2,6 juta penduduknya.

Perkiraan saya setiap 1 juta di Garut ini karena anaknya masih agak banyak-banyak dikit ya kira-kira sekitar 16/1000 orang hamil di Garut setahun jadi kalau satu juta berarti 16.000 yang hamil di Garut kalau 2 juta berarti 32.000 yang hamil di Garut kalau 2,6 juta berarti sekitar 47.000 per tahun yang hamil di Garut sehingga balitanya baru kira-kira mendekati 250 ribuan jumlah balita bapak dari umur 0 sampai 5 tahun dan kalau yang stunting 20% bisa dibayangkan berapa, sehingga PR-nya masih cukup besar untuk kita, namun demikian ketika tadi saya sampaikan kira-kira yang hamil itu 32.000 sekitar 46 – 47 ribu dari 2,6 juta yang mendampingi adalah 5.973 jadi sebetulnya satu pendamping hanya akan bisa mendampingi 10 sehingga tidak terlalu berat sebagai calon pelatih pendamping” lanjut Hasto menjelaskan.

Kegiatan dilanjutkan dengan penandatanganan perjanjian kinerja secara simbolis antara kepala pusat pendidikan dan pelatihan kependudukan dan keluarga berencana Bapak Dr.Drs. Lalu Makripuddin, M.Si dengan upt balai diklat KKB garut yang selanjutnya akan diikuti oleh seluruh UPT Balai Diklat seluruh Indonesia.

Kunjungan dilanjutkan ke rumah sakit Medina di mana Bupati dan dr. Hasto turut melakukan pelayanan dan berdialog kepada para peserta yang akan menerima pelayanan KB. Hasil capaian pelayanan KB dengan total 463 akseptor, IUD : 158 orang, Implan : 250 orang dan MOW : 55 orang.

Kegiatan diakhiri dengan kunjungan ke Pendopo Kabupaten Garut. Dr, hasto melakukan kunjungan Stand pameran Program Bangga Kencana dan Stunting sebelum mengisi pembinaan TPK di pendopo. Untuk mewujudkan Visi 2045 Indonesia berdaya saing, BKKBN memiliki peran dalam membentuk SDM unggul berbudaya dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menciptakan generasi emas berdaulat, maju, adil, dan makmur kalau SDM unggul, sehingga Indonesia akan maju. Indonesia maju tentunya diikuti dengan capaian target SDGs 2030 menghilangkan kelaparan dan menurunkan resiko kekurangan gizi serta terciptanya kehidupan sehat dan sejahtera dengan berusaha mengurangi rasio angka kematian ibu, menurunkan angka kematian neonatal dan akses kespro yang universal. Melalui pembangunan keluarga, pondasi utama tercapainya kemajuan bangsa di mana rentang waktu tahun 2025 sampai tahun 2035 merupakan fase puncak periode bonus demografi yang harus terus dikapitalisasi sehingga harus terciptanya keluarga sehat produktif dan berkualitas untuk menuju program bangga kencana menuju Indonesia emas 2045 (100 tahun Indonesia merdeka). Generasi milenial dan post milenial adalah sasaran utama dalam program bangga kencana pola komunikasi harus berubah, program bangga kencana bukan semata-mata KB namun membangun keluarga secara utuh dalam berbagai dimensinya, persoalan stunting masih menjadi problem bagi keluarga Indonesia dimana BKKBN bertanggung jawab untuk menyelesaikannya.(FARIEL/BDN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *